Orangutan merupakan salah satu spesies yang memiliki peran mendasar bagi kelangsungan ekosistem hutan dan kehidupan. Spesies ini berhabitat di kepulauan Indonesia, khususnya Sumatera (Pongo abilii dan Pongo tapanuliensis ) dan Kalimantan (Pongo pygmaeus).
Anda pasti sepakat kalau orangutan itu sangat mengagumkan. Melihat mereka secara langsung menjadi keinginan setiap orang. Tapi tahukah Anda bahwa status orangutan Kalimantan saat ini telah meningkat menjadi “critically endangered” atau satu tingkat di bawah kepunahan sejak tahun 2016 lalu menurut The International Union for Conservation of Nature (IUCN).
Kebutuhan ruang untuk pembangunan wilayah perkebunan, pertambangan, permukiman, serta kebakaran hutan, merupakan tantangan-tantangan dalam konservasi orangutan terutama terkait habitat orangutan. Impitan atas ruang hidup orangutan itu berdampak pada tekanan populasi dan genetik sebagai implikasi dari habitat yang hilang dan terfragmentasi.
Habitat yang rusak dan terfragmentasi, membuat orangutan terisolasi dan kemudian berkontak langsung dengan menusia. Konflik pun terjadi. Orangutan terbunuh atas nama keamanan manusia yang tinggal atau beraktivitas di sekitar hutan dan perburuan liar. Sementara itu, hutan akhirnya sedikit demi sedikit kehilangan spesies payungnya yang selama ini secara alamiah ikut membantu meregenerasi hutan.
Degradasi hutan tersebut mengakibatkan kian menurunnya jasa ekosistem yang selama ini diperankan hutan untuk kehidupan sekitar, baik jasa provisi (sumber pangan, air, obat-obatan, dan lain-lain), jasa regulasi (pengaturan iklim, udara, dan perlindungan banjir), jasa habitat (pemelihara biodiversitas, maupun jasa kultural (adat istiadat, spiritual, ekowisata, sains dan pendidikan). Singkat kata, hilangnya habitat dan menurunnya populasi orangutan harus dibayar mahal oleh manusia.
Oleh karena itu, diperlukan upaya bersama, terus menerus, dan massif, di antara semua pihak untuk melakukan restorasi habitat orangutan. Semua pihak perlu terus untuk diingkatkan bahwa habitat orangutan yang rusak, terlebih disertai dengan pembunuhan terhadap orangutan, akan mengakibatkan kian hancurnya harmoni kehidupan. Mengapa? Dengan semakin terbatasnya jasa ekosistem hutan, semakin terbatas pula ruang hidup dan sumber daya hutan yang bisa menunjang kelangsungan hidup manusia. Keterbatasan sumber daya hidup di manapun akan menjadi sumber konflik berkepanjangan. Di sisi lain, bencana alam akan lebih mudah hadir karena terkikisnya kemampuan hutan untuk menjalankan perannya dalam regulasi alam.
Terkait dengan tantangan-tantangan tersebut, Borneo Nature Foundation (BNF) akan menyelenggarakan kegiatan Gema Natura edisi World Orangutan Day (WOD) 2021 dengan tema: “Restorasi Habitat: Melestarikan Orangutan, Merawat Peradaban”. Gema Natura WOD 2021 merupakan kegiatan selama dua hari yang berisi beragam acara yang ditujukan untuk membangun kesadartahuan publik tentang perlunya melestarikan orangutan dan habitatnya, sekaligus kampanye anti pembunuhan dan perburuan orangutan, khususnya di Kalimantan.
Di samping itu, acara ini merupakan bagian dari kegiatan perayaan WOD 2021 yang jatuh tanggal 19 Agustus 2021 mendatang. Selain diisi dengan acara talkshow tentang orangutan, kegiatan ini juga diisi dengan berbagai bentuk konten yang akan ditampilkan di media sosial dan website BNF, serta pentas musik dan seni tradisional lokal yang mengingatkan betapa pentingnya menjaga keselarasan alam dan manusia.
Ikuti rangkaian acara serunya secara daring mulai tanggal 19 – 20 Agustus 2021.